Lumrah rasanya jika melihat sepak bola atau sebuah event laga yang mempertemukan dua kesebelasan beradu keterampilan di lapangan memperebutkan kemenangan. Tetapi itu semua percuma jika tidak didukung dengan suasana yang atmosferik yang di-deliver oleh para fans itu sendiri.
Sebuah kebanggan tersendiri terlebih dari sudut pandang pemain dan sebaliknya untuk si penggemar menyaksikan idola mereka berjuang meraih 3 poin. Dari suasana yang sering kita sebut atmosferik itu, maka lahirlah stigma stadion “angker” yang sering menghiasi laman-laman headline berita online maupun majalah tentang sepak bola.
Kebisingan di dalam stadion. Ya, terkadang itu bisa merugikan tim pendatang, dan sebaliknya, itu sering membuat si empu-nya di atas angin. Berikut adalah daftar stadion-stadion yang terkenal dengan kebisingannya entah itu dikarenakan kemilitanan fans, atau hal-hal lain yang di luar nalar sepak bola itu sendiri.
1. Anfield (Liverpool)
Hands down. Dan langsung yang pertama. Ini adalah salah satu stadion yang paling ikonik di jagat raya. Markas kebanggaan Liverpool, yang sekarang kembali ke puncak kejayaannya, mempunyai segudang cerita tak mengenakkan bagi tim lawan yang pernah merasakan magis sang Anfield.
Bagaimana tidak, chants You’ll Never Walk Alone yang wajib berkumandang di tempat yang berkapasitas sekitar 54ribuan ini, terus-terusan meneror lawan baik sebelum maupun sesudah pertandingan.
Masih segar dalam ingatan Liverpool sukses menjungkalkan Barcelona dalam leg kedua semifinal UCL April 2019 lalu. Mereka membalikkan keadaan dari tertinggal 3 gol sampai akhirnya bersukacita karena mereka membalas sekaligus membuat para pemain Barcelona tertunduk dan terdiam keluar memasuki lorong.
Beberapa orang percaya, disamping ciamik-nya performa Liverpool di laga itu, magis Anfield memainkan peranannya. Itu bisa dilihat dari video yang beredar luas di internet yang menunjukkan anthem UCL bahkan samar-samar tedengar ketutupan chants dari the Scoussers (sebutan fan Liverpool) yang terus digaungkan sampai akhir laga.
Dan klimaksnya pun pecah saat peluit akhir berbunyi. Semua bersukacita dengan kemenangan itu, pemain pun membaur dengan fans jadi satu menyanyikan anthem YNWA yang sensasional itu. Bahkan tim sekelas Barcelona yang masih diperkuat Messi, tidak bisa menghindar dan pergi begitu saja.
2. Highbury (Arsenal)
Arsene Wenger pernah bilang begini di salah satu interview-nya “mungkin jiwa pemenang Arsenal juga ikut terkubur di Highbury…”. Ya, sejak berpindah markas ke stadion yang lebih modern dan bisa dikatakan 100 kali lebih bagus dari yang lama, Arsenal seperti bukan Arsenal.
Dan parahnya itu menghantui Wenger sampai akhirnya ia memutuskan tidak lagi mengabdi bagi klub yang berlogo Meriam itu. Fans mereka pun merasakan hal yang sama. Iya mereka merasakan itu meskipun mereka harusnya bahagia karena Emirates Stadium lebih wah dari Highbury.
Tetapi, Highbury yang pernah menjadi saksi atas keberhasilan Arsenal merengkuh trofi emas EPL penanda mereka tak terkalahkan selama semusim berkompetisi, sepertinya lebih punya tempat di hati daripada Emirates yang 2 kali menjadi saksi pembantaian klub tercinta mereka oleh wakil Jerman, Bayern Munchen di kompetisi UCL. Anggapan pindah kantor, kinerja makin bagus, agaknya terpatahkan.
3. Signal Iduna Park (Borussia Dortmund)
Beralih ke tanah Bavaria. Bayern Munchen boleh saja bertindak layaknya petani, menyomoti pemain-pemain bagus dari klub di bawahnya guna memperkuat tim sekaligus mengokohkan status bahwa mereka tak tertandingi.
Tetapi, untuk urusan fans dan kadar kebisingan stadion, mereka kalah telak dan tak ada apa-apanya dari Borussia Dortmund. Barisan pendukung yang menyebut diri mereka “Yellow Wall”, suka sekali memukau jutaan pasang mata bahkan menginspirasi ultras-ultras di luar sana termasuk Indonesia, BCS Sleman karena kepiawaian mereka dalam ber-koreografi ria.
Salah satu yang tifo yang paling banyak mendapat sorotan ialah tifo bergambar wajah seorang pria menggunakan teropong dengan background trofi Liga Champions di belakangnya. Dan itu terasa spesial karena terjadi di malam Liga Champions yang mana hakikatnya adalah malam keramat di dunia sepak bola.
Terlebih lagi, dengan didukung kapasitas stadion yang mencapai 80 ribu kursi, kian menambah “aroma” ngeri setiap kali bermain di tempat itu. Tanyakan saja ke Real Madrid. Mereka mengubur impian mereka untuk mencapai babak final UCL 2012/13 di sini.
4. Camp Nou (Barcelona)
Stadion dengan desain terbuka ternyata juga menyimpan magisnya sendiri. Markas kebanggan rakyat Catalan ini bisa menampung hampir 100 ribu orang. Hampir 2 kali lipat dari kapasitas Stadion Bung Tomo, markas Persebaya.
Bisa dibayangkan betapa megahnya sekaligus perasaan merinding ketika 2 tim bermain dan ditonton oleh ratusan ribu pasang mata baik di tengah terik matahari maupun dinginnya malam. Apalagi, Barcelona selalu menyisipkan anthem official sebelum laga persis apa yang dilakukan Liverpool.
El Cant del Barca judulnya. Stadion ini adalah saksi bisu di mana Lionel Messi, pemain terbaik dunia saat ini, ditemukan. Dan dia sudah meraih segalanya dengan Barcelona dan para fans berharap akan terus seperti itu.
Juga peristiwa mencengangkan kepada eks pemain terjadi di sini. Luis Figo yang kala itu berseragam Madrid, mendapat perlakuan “sadis” dengan dilempar kepala babi saat ia sedang mengambil tendangan pojok. Seram saja kalau dibayangin, mah.
5. Old Trafford (Manchester United)
Ada sedikit sejarah kelam menyelimuti tempat ini. Stadion ini pernah hancur setidaknya 2 kali selama masa perang dunia kedua. Hancur, dibangun kembali, begitu seterusnya. Tetapi, itu tidak menyingkapkan fakta bahwa ini adalah stadion sepak bola yang paling ikonik.
Jika kita melihat dari luar, maka sekilas tempat ini terlihat kecil, dan fakta bahwa stadion ini berkapasitas 75 ribu penonton, bisa dianggap invalid.
Mengejutkannya, masuk lebih dalam, fakta itu benar. Entah mungkin mereka mengusung konsep “padat di dalam” atau apa yang jelas ini stadion punya keunikannya sendiri. Dulu waktu United masih dilatih Fergie, tempat ini selalu bising. Entah karena fans-nya sendiri, ataupun tersentak dengan permainan atraktif yang disuguhkan para pemain.
Sekarang, itu tidak lagi sama. Baik dari fans-nya maupun permainan dari pemain itu sendiri, telah berubah semenjak Fergie memutuskan untuk pensiun. Tetapi tetap, Old Trafford adalah salah satu dari sekian banyak stadion yang mempunyai aura tersendiri.
Chants GGMU dan chants khusus yang ditujukan untuk para pemain seolah hal yang lumrah terjadi karena sering sekali berkumandang.
Itulah deretan stadion-stadion yang masing-masing mempunyai ciri khasnya tersendiri, dalam hal ini; kebisingan, dan atmosfer. Sudah dapat dipastikan sepak bola tanpa fans, tidak ada apa-apanya. Begitu pun sebaliknya.
Istilah kasarnya, kita membayar mereka lewat uang tiket, merchandise asli, dll. Dan para pemain juga harus menebusnya dengan penampilan yang ciamik juga di atas lapangan, atau berusaha semaksimal mungkin atas totalitas yang sudah ditampilkan dari supporter.